Wisata sejarah. Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia,[1][2] sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia
Jauh sebelum Angkor Wat
berdiri di Kamboja dan katedral-katedral agung ada di Eropa, Candi
Borobudur telah berdiri dengan gagah di tanah Jawa. Bangunan yang
disebut UNESCO sebagai monumen dan kompleks stupa termegah serta
terbesar di dunia ini ramai dikunjungi oleh peziarah pada pertengahan
abad ke-9 hingga awal abad ke-11. Umat Buddha yang ingin mendapatkan
pencerahan berduyun-duyun datang dari India, Kamboja, Tibet, dan China.
Tidak hanya megah dan besar, dinding Candi Borobudur dipenuhi pahatan
2672 panel relief yang jika disusun berjajar akan mencapai panjang 6 km!
Hal ini dipuji sebagai ansambel relief Buddha terbesar dan terlengkap di dunia, tak tertandingi dalam nilai seni.
Relief yang terpahat di dinding candi terbagi menjadi 4 kisah utama
yakni Karmawibangga, Lalita Wistara, Jataka dan Awadana, serta
Gandawyuda. Selain mengisahkan tentang perjalanan hidup Sang Buddha dan
ajaran-ajarannya, relief tersebut juga merekam kemajuan masyarakat Jawa
pada masa itu. Bukti bahwa nenek moyang Bangsa Indonesia
adalah pelaut yang ulung dan tangguh dapat dilihat pada 10 relief kapal
yang ada. Salah satu relief kapal dijadikan model dalam membuat replika
kapal yang digunakan untuk mengarungi The Cinnamon Route
dari Jawa hingga benua Afrika. Saat ini replika kapal yang disebut
sebagai Kapal Borobudur itu disimpan di Museum Samudra Raksa.
Untuk mengikuti alur jalinan kisah yang terpahat pada dinding candi,
pengunjung harus berjalan mengitari candi searah jarum jam atau yang
dikenal dengan istilah pradaksina. Masuk melalui pintu timur,
berjalan searah jarum jam agar posisi candi selalu ada di sebelah kanan,
hingga tiba di tangga timur dan melangkahkan kaki naik ke tingkat
berikutnya. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga semua tingkat
terlewati dan berada di puncak candi yang berbentuk stupa induk.
Sesampainya di puncak, layangkanlah pandangan ke segala arah maka akan
terlihat deretan Perbukitan Menoreh, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing,
Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu yang berdiri tegak mengitari candi.
Gunung dan perbukitan tersebut seolah-olah menjadi penjaga yang
membentengi keberadaan Candi Borobudur.
Gunung sindoro sumbing
Gunung merapi
Gunung Merbabu
Berdasarkan prasasti Kayumwungan yang bertanggal 26 Mei 824, Candi Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga antara abad ke-8 hingga abad ke-9, berbarengan dengan Mendut dan Pawon.
Proses pembangunan berlangsung selama 75 tahun di bawah kepemimpinan
arsitek Gunadarma. Meski belum mengenal komputer dan peralatan canggih
lainnya, Gunadarma mampu menerapkan sistem interlock dalam
pembangunan candi. Sebanyak 60.000 meter kubik batu andesit yang
berjumlah 2.000.000 balok batu yang diusung dari Sungai Elo dan Progo
dipahat dan dirangkai menjadi puzzle raksasa yang menutupi sebuah bukit kecil hingga terbentuk Candi Borobudur.
Borobudur tidak hanya memiliki nilai seni yang teramat tinggi, karya
agung yang menjadi bukti peradaban manusia pada masa lalu ini juga sarat
dengan nilai filosofis. Mengusung konsep mandala yang
melambangkan kosmologi alam semesta dalam ajaran Buddha, bangunan megah
ini dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni dunia hasrat atau nafsu
(Kamadhatu), dunia bentuk (Rupadhatu), dan dunia tanpa bentuk
(Arupadhatu). Jika dilihat dari ketinggian, Candi Borobudur laksana
ceplok teratai di atas bukit. Dinding-dinding candi yang berada di
tingkatan Kamadatu dan Rupadatu sebagai kelopak bunga, sedangkan deretan
stupa yang melingkar di tingkat Arupadatu menjadi benang sarinya. Stupa
Induk melambangkan Sang Buddha, sehingga secara utuh Borobudur
menggambarkan Buddha yang sedang duduk di atas kelopak bunga teratai.
Menikmati kemegahan Candi Borobudur tidak hanya cukup dengan berjalan
menyusuri lorong dan naik ke tingkat teratas candi. Satu hal yang jangan
dilewatkan adalah menyaksikan Borobudur Sunrise
dan Borobudur Sunset dari atas candi. Siraman cahaya mentari pagi yang
menerpa stupa dan arca Buddha membuat keagungan dan kemegahan candi
lebih terasa. Sedangkan berdiri di puncak candi di kala senja bersama
deretan stupa dan menyaksikan sinar matahari yang perlahan mulai lindap
akan menciptakan perasaan tenang dan damai.
Jam buka:
Senin - Minggu, pukul 06:00 - 17:00 WIB
Harga tiket:
- Wisatawan domestik atau pemegang KITAS : Rp 20.000
- Wisatawan domestik anak-anak dan pelajar : Rp 9.000
- Wisatawan mancanegara : USD 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar